BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Permasalahan pada anak SD sangat
penting untuk kita perhatikan karena mengingat adanya suatu kenyataan bahwa
setiap orang dalam kehidupannya tidak pernah lepas dari permasalahan. Masalah
yang sering dihadapi anak SD adalah anak sulit dalam bekerjasama dengan teman,
sehingga dapat menimbulkan masalah terhadap proses pembelajaran. Kita sebagai
pendidik harus bisa mengatasi perilaku bermasalah dan menggantinya dengan
perilaku yang efektif dengan mengembangkan keterampilan yang khusus dan
memelihara lingkungan belajar yang sehat, sehingga apa yang dicita-citakan anak
dan pendidik dapat terwujud. Mendidik
anak untuk bisa pintar mungkin bisa dilakukan oleh siapa saja. Tetapi mendidik
anak untuk mempunyai emosi yang stabil, tidak semua orang bisa melakukannya.
Dibutuhkan orang tua dan guru yang sabar, serius, ulet, serta mempunyai
semangat dedikasi tinggi dalam memahami dinamika kepribadian anak. Perilaku
siswa usia sekolah saat ini banyak dikeluhkan guru. Para guru mengeluh sikap
anak-anak yang sangat sulit di atur (hiperaktif) emosinya di kelas. Terhadap
kondisi siswa yang demikian, biasanya para guru sangat susah mengatur dan
mendidiknya. Di samping karena keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang,
juga karena anak hiperaktif sering mengganggu orang lain, suka memotong
pembicaran guru atau teman, dan mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang
diajarkan guru kepadanya. Selain itu juga, prestasi belajar anak hiperaktif
juga tidak bisa maksimal dan pengajaran yang diberikan dapat disesuaikan dengan
kemampuan dan kesulitan yang dimilikinya.
B. Tujuan
Penulisan
Kegiatan ini dilaksanakan dalam usaha menguasai pengetahuan,
sikap, dan keterampilan dalam memberikan layanan siswa yang secara individual
serta pembuatan laporan studi kasus. Pelaksanaan studi kasus merupakan
persyaratan dalam mengikuti mata kuliah Studi Kasus. Kegiatan studi kasus
relatif sama dengan kegiatan siswang yang sebenarnya, sehingga dapat dikatakan
bahwa dengan kegiatan ini merupakan awal bagi calon dan untuk selanjutnya dapat
memberikan gambaran bagaimana siswang sesungguhnya di lapangan.
Pada studi kasus ini diperlukan berbagai macam data, baik
data pribadi maupun data tentang lingkungan (lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat) sebagai faktor yang turut mempengaruhi keberadaan siswa.
Meskipun data ini merupakan sesuatu yang bersifat
rahasia bagi siswa, namun tentunya tidak akan menimbulkan dampak negatif dan
merugikan si siswa. Sebaliknya, siswa justru memperoleh sesuatu yang bersifat
positif dan menguntungkan bagi dirinya guna memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya. Oleh karena itu, untuk menjaga keraasiaan data tentang siswa yang
berupa penyamaran nama dan kesedian penulis untuk tidak memberitahukan pada
orang lain. Hal ini bermaksud untuk menjamin kerahasiaan masalah yang
dialami oleh siswa yang bersangkutan.
C. Metode Penelitian
Metode
yang digunakan peneliti dalam menganalisis kasus yaitu dengan cara observasi
dan wawancara langsung terhadap wali kelas siswa yang diteliti, dan dalam hal
ini yaitu masalah anak hiperaktif yang kurang mampu dalam menerima pengajaran
yang telah diberikan oleh guru. Kemudian akan dibahas langsungpada bab
selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
A. Analisis
( Pengumpulan Data )
1. Hasil Wawancara di SD Blumbungan II didapatkan
anak yang bermasalah yaitu anak hiperaktif :
a. Identitas Anak
1. Nama : Ahmad
Wahyu
2. Tempat Tanggal Lahir : Pamekasan, 30 Juli 2008
3. Anak
Ke : 2
dari 3 bersaudara
4. Nama
Orang Tua : Ayah :
Supriyatna
Ibu : Khodijah
5. Pekerjaan : Ayah : PNS
Ibu : Ibu rumah tangga
6. Alamat : Jln Perjuangan
gang 8 Rt 21
7. Jenis-jenis Masalah : - Anak tidak memperhatikan pelajaran
- Anak yang suka mengganggu teman
- Anak berintelegensi rendah
2. Hasil Observasi
Dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung anak tersebut selalu
mengganggu proses belajar mengajar seperti ketika guru sedang menerangkan dia
selalu ikut berbicara dan dia tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh
guru, tapi ketika guru bertanya dan menyuruh muridnya ke depan dia selalu ingin
menjadi yang pertama menjawab pertanyaan guru tersebut hanya saja jawaban yang
ia berikan salah, dia hanya ingin mencari perhatian dari gurunya selain itu
juga dia selalu mengganggu teman-temannya misalnya saja dia suka mengelitik
teman yang ada disampingnya ataupun di depannya sehingga membuat temannya
merasa tidak nyaman atau terganggu.
B. Sintesis
Melihat dari tingkah laku Wahyu yang suka
mengganggu temannya ketika belajar dapat dikatakan bahwa Wahyu merupakan anak
yang hiperaktif, tetapi kemampuan
belajarnya sangat kurang, sehingga anak ini dapat digolongkan ke dalam anak
yang hiperaktif dengan intelegensi rendah.
C. Diagnosis Masalah
Dari hasil wawancara didapatkan
keterangan bahwa Wahyu merupakan anak yang kurang sekali dalam belajar dia
sulit sekali dalam menerima pelajaran dikarenakan dia jarang memperhatikan
ataupun dia jarang berkonsentrasi ketika guru sedang menjelaskan yang dia
lakukan hanya bermain-main saja sehingga hasil atau prestasinya menurun tetapi
dia memiliki keberanian yang tinggi ketika guru menyuruh murid ke depan untuk
mengerjakan soal yang diberikan dia selalu menjadi yang pertama, hanya saja
jawabannya kurang tepat. Oleh karena itu guru sering menegur dia agar dia
memperhatikan dan melarang dia tidak melakukan kegaduhan di dalam kelas yang
bisa mengganggu temannya yang lain, maka dari itu guru mencari tahu kepada
orang tuanya apa yang menyebabkan tingkah laku anaknya yang sering membuat
kegaduhan, ternyata orang tuanya Wahyu memperhatikan keseharian anaknya dan
kurang sekali dalam memberikan kasih sayang sehingga anak tersebut sering
mencari perhatian kepada gurunya atau teman-temannya. Misalkan saja ketika
belajar dia sering membuat suasana kelas gaduh yang menyebabkan guru dan teman-temannya
terganggu.
Dari hasil diagnosis yang
dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Wahyu merupakan anak yang
hiperaktif dengan intelegensi yang rendah dikarenakan dia kurang perhatian dan
kasih sayang dari orang tuanya sehingga dia mencari perhatian kepada orang
lain.
D. Prognosis Masalah
Langkah awal untuk mengatasi anak
hiperaktif guru/ peneliti harus melihat faktor penyebabnya, bila faktor
penyebab itu berkaitan dengan keluarga maka guru/peneliti harus bekerjasama
dengan orang tua anak untuk membantu mengatasinya dan bila faktor penyebabnya
dari fisik anak maka kita sebagai seorang guru harus bisa memberikan
tugas-tugas belajar kepada anak agar anak bisa memusatkan perhatian dalam
belajar sehingga anak bisa tenang dan berkonsentrasi dalam belajar.
Ternyata factor penyebabnya adalah orang tuanya kurang memperhatikan keseharian
anaknya dan kurang sekali dalam memberikan kasih sayang sehingga anak tersebut
sering mencari perhatian kepada gurunya atau teman-temannya. Misalkan saja
ketika belajar dia sering membuat suasana kelas gaduh yang menyebabkan guru dan
teman-temannya terganggu .
Jadi langkah awal yang saya/guru
lakukan adalah berkerjasama bersama orang tua anak untuk membantu mengatasi
masalah tersebut misalkan saja orang tua harus lebih perhatian kepada anaknya
Selain itu anak yang mengalami masalah hiperaktif dengan intelegensi rendah dapat ditangani dengan cara sebagai berikut:
Selain itu anak yang mengalami masalah hiperaktif dengan intelegensi rendah dapat ditangani dengan cara sebagai berikut:
1.
Memberikan kesempatan kepada anak
untuk duduk di depan atau dekat dengan
guru agar
perhatian guru tidak terlepas dari anak tersebut.
2.
Memberikan kesempatan kepada anak
untuk mencoba menyelesaikan semua tugas yang
diberikan guru agar anak tersebut
bisa mandiri tidak tergantung kepada orang lain.
3.
Memberikan waktu istirahat kepada
anak agar tidak merasa kecapaian karena sering
menguras
tenaganya dengan menggerak-gerakan anggota badannya.
4. Guru
bersama orang tua harus bisa bekerjasama dalam memberikan perhatian terutama
orang tua
sangat berperan sekali dalam kehidupan anaknya. Apabila orang tua kurang dalam
memberikan perhatian dan kasih sayang maka anak tersebut akan mencari perhatian
terhadap orang lain.
5.
Guru harus bekerjasama dengan
dokter untuk mengatasi anak yang hiperaktif sebab anak-
anak
tersebut memerlukan pengobatan secara medis.
E. Treatment
Masalah
1. Treatment Disekolah
Peneliti memberikan saran kepada
guru untuk menangani anak seperti Wahyu dengan cara:
a. Guru
harus bisa memberikan pengarahan kepada anak bahwa apa yang dilakukannya itu
salah dan banyak merugikan
orang lain.
b. Guru memberikan motivasi kepada anak dengan
cara memberikan pujian -pujian dan hadian
agar anak tersebut semangan
dalam belajar sehingga dia memperhatikan
apa yang
disampaikan guru.
c. Guru
memberikan tugas kepada anak agar anak tersebut bisa mengembangkan atau
merangsang kemampuan berpikirnya.
2. Treatmen Dirumah
Peneliti menyarankan kepada
orang tua Wahyu agar lebih memperhatikan anaknya, dengan cara memberikan kasih
sayang kepada anak namun tidak memanjakannya, menjalin komunikasi yang baik
dengan anak, selalu katakan ia anak baik dan berikan apresiasi bila ia
melakukan hal yang baik, hindari tayangan TV, video dan games yang bersifat
kekerasan dan etika ,menasehati anak sebaiknya jelas dan spesifik serta diulang-ulang
agar anak mudah memahami dan tidak menggunakan kekerasan.
E. Kendala dan Solusi
1.
Kendala
Anak tersebut dalam
kegiatan belajar mengajar sulit memperhatikan dan berkonsentrasi yang dia
lakukan hanya bermain-main saja sehingga mengganggu orang lain dalam kegiatan
belajar mengajar.
2.
Solusi
Agar
Wahyu memperhatikan dalam pembelajaran, makahal yang harus dilakukan oleh guru
yaitu :
a.
Guru dalam mengajar harus menarik
sehingga kondisi dalam kelas tenangdan anak pun
dalam
belajarnya senang.
b. Guru harus menggunakan media sesuai dengan
bahan ajar.
c. Guru menjauhkan pengaruh yang mengganggu
konsentrasi belajar anak.
d. Guru
memberikan pengertian manfaat bahan ajar yang akan diajarkan pada siswa.
e. Guru terlebih dahulu mendekati anak tersebut
dan mencari apa penyebab anak bisa
berperilaku seperti itu.
f. Guru
memberikan nasehat kepada anak tersebut dan mengadakan konsultasi kepada orang
tuanya.
F. Tindak Lanjut
Demi kelancaran penanganan masalah maka perlu
adanya tindak lanjut supaya anak yang bermasalah tidak kembali pada
permasalahan sebelumnya, untuk itu dalam menindaklanjuti anak yang bermasalah
ini, adalah:
1. Guru mengadakan komunikasi
dengan orang tua untuk mengatasi masalah secara bersama.
2. Selalu
memberikan pengertian agar anak tersebut tidak melakukan masalah lagi.
3. Selalu memberikan kesempatan kepada anak
untuk mengerjakan tugas-tugas yang bisa
membuat anak tersebut mandiri.
4. Memberikan
bimbingan pribadi kepada siswa agar bisa bertingkah laku baik lagi.
Setelah
melakukan Observasi dan wawancara terhadap guru kelas siswa yang bersangkutan,
maka dapat diketahui bahwa penyebab masalah yang dihadapi Wahyu, siswa kelas 2
SD di SDN Blumbungan II Pamekasan yaitu kurangnya perhatian dari orang tua sehingga
anak cenderung nakal dan kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran,
begitupun juga lingkungan yangkurang mendukung karena dia berteman dengan
anak-anak yang jugamemiliki masalah yang sama dengan dirinya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil observasi yang telah
saya lakukan banyak sekali masalah-masalah yang dihadapi, maka dari itu kita
sebagai calon guru harus bisa membimbing pribadi siswa dan memberikan pelayanan
bimbingan jiwa bagi dirinya sendiri maupun siswa. Maka dari itu kita harus bisa
mengembangkan pribadi yang baik dan mandiri.
Permasalahan yang dialami anak SD
bermacam-macam jenisnya. Maka dari itu kita harus bisa mengetahui faktor
penyebab anak melakukan masalah dan solusi apa yang terbaik untuk mengatasinya.
Bimbingan dan konseling menjadi sarana mengatasi anak seperti Wahyu, baik
bimbingan konseling yang dilakukan di rumah maupun di sekolah. Selain itu perlu
ada kerjasama antara pihak sekolah dan orang tua dalam menangani anak tersebut.
Kerjasama yang baik antara semua pihak dalam menangani anak yang mempunyai
masalah seperti Wahyu, akan sangat membantu dalam perbaikannya kedepan demi
amasa depan anak tersebut.
B.
Saran
Agar permasalahan yang terjadi pada anak
tidak terulang kembali, hendaknya guru sering memberikan bimbingan dan
pengertian kepada anak. Selain itu juga guru lebih sering memberikan penugasan
supaya anak dapat mengembangkan dan rangsangan untuk berpikir.
Daftar
Pustaka
Abu
Bakar Baraja. 2004. Psikologi Perkembangan, Jakarta, Studio Pers.
Wahyuni,
Karsih. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Bandung : PT Refika
Aditam.
ijin kopas mb,,
BalasHapus