Yakin. Satu kata yang tak akan pernah
bosan untuk dibahas. Kira-kira, sekitar 2 tahun yang lalu aku mulai memahami
makna sesungguhnya dari sebuah keyakinan. Kemudian aku jatuh cinta. Ya, jatuh
cinta. Bukan cinta pada lawan jenis atau apapun, tapi cinta pada sebuah
keyakinan. Dan saat itu pula aku tersadar bahwa keyakinanku selama ini hanya
sebatas percaya, tanpa diiringi dengan keyakinan. Kenapa? Karena terkadang aku
masih merasa “larut” dalam masalah yang (mungkin) bertolak belakang dengan
keinginkanku. Allah Maha Segalanya. Setiap kejadian dalam kehidupan kita
merupakan kehendak Allah. Sekecil apapun itu, Allah lah yang menakdirkannya
untuk kita. Tugas kita hanya meyakini bahwa akan ada hikmah dibalik segala hal.
Tapi ini bukan berarti aku tak meyakini kekuasaan Allah sebelumnya. Bahkan ketika
di pesantren dulu, ada sebuah ayat yang sangat istimewa bagiku. Ya, Al-Baqoroh 216. Bisa
jadi sesuatu yang kita sangka jelek adalah baik bagi kita, begitu pula
sebaliknya. Kira-kira begitulah isinya (Cari dan lihat sendiri terjemahan
lengkapnya). Salah satu ayat yang menjadi pegangan ketika hati merasa kecewa.
Tapi tetap saja ketika itu aku (mungkin) hanya sebatas percaya, bukan meyakini.
Hingga akhirnya aku menemukan alasan untuk jatuh hati pada sebuah “keyakinan”.
2 tahun yang lalu, salah seorang teman
dengan kencangnya menghidupkan sebuah audio tausiyah dilaptopnya. Seakan-akan
tidak ada aku dan hanya dia sendiri disitu. Menikmati tausiyah sambil
mengotak-atik laptop. Dan mau tidak mau, aku pun terpaksa ikut mendengarkan
tanpa sepengetahuannya. Tentu bukan hanya sekali. Berkali-kali aku harus
terpaksa mendengarkan tausiyah yang ia putar. Tentu ini bukan hanya sebuah
kebetulan. Awalnya terasa sangat biasa. Menurutku (ketika itu), tidak ada yang
spesial dari apa yang disampaikan oleh sang penceramah. Masih terasa sama
dengan tausiyah-tausiyah sebelumnya. Biasa. Hingga akhirnya aku tertarik dengan
sebuah pembahasan yang beliau sampaikan. Ya, tentang keyakinan kepada Allah.
Tentang tauhid. Tentang sesuatu yang tidak mungkin, bisa menjadi mungkin jika
disandarkan kepada Allah. Ah, terimakasih sahabat. Terimakasih telah membuatku
mendengar audio-audio yang selalu kau putar. Terimakasih telah menyadarkanku. Dan
sejak saat itu lah aku mulai tertarik dan mengumpulkan video-video ceramah yang
disampaikan oleh penceramah tadi. Ustadz Yusuf Mansur. Seseorang yang menjadi
perantara bagiku menemukan makna yakin yang sebenarnya. Masi sangat jelas
kalimat beliau ketika itu. Dengan gaya bicara khas betawi, beliau berkata (yang
intinya kurang lebih seperti ini) “Kalo pengen apa-apa, minta aja sama Allah. Sesepele
apapun, curhat sama Allah. Minta solusi. Minta apa aja. Allah ga bakal bosen
dengerin keluh kesah hamba-Nya. Jangan malah bolak-balik curhat sama manusia
yang kadang malah ga ngasi solusi tapi hanya menambah masalah”. Ah, rasanya
kalimat itu menancap tepat di hati. Betapa banyak diantara kita yang lebih
memilih mencurahkan permasalahan hidup kepada manusia? Mencurahkan permasalahan
dengan cara mengeluh? Ah sudahlah, tak kan ada habisnya berbicara tentang
keyakinan. Segini aja dulu. Nanti (mungkin) bakal lanjut di part 2. Mungkin. Jadi
intinya begini, kalo pengen apa-apa, minta aja sama Allah. Tanamkan dalam diri
bahwa Ga Ada Yang Ga Mungkin bagi Allah. Yang penting yakin. Sekali lagi,
YAKIN! Salam sukses Berjemaah. :D