Rabu, 06 September 2017

Teka Teki Rasa



“Cara terbaik menjawab teka-teki rasa adalah dengan berhenti mencari jawabannya. Berhentilah mencari tahu apa dan bagaimana perasaannya. Berhentilah menerka-nerka setiap huruf yang ia reka. Berhentilah menghubung-hubungkan keadaannya dengan keadaanmu. Berhentilah mencari tahu semua jawaban teka-teki itu. Karena ini teka-teki rasa, semakin kamu menebak, semakin hilang kemurnian rasanya. Semakin banyak rasa-rasa lain yang turut larut. Jadi tak usah kamu terus menerka. Jika memang dia memiliki perasaan terhadapmu, maka ia akan memperjuangkanmu dengan cara yang dicintai-Nya.. jika tidak, mungkin rasa itu tidak murni karena-Nya. Atau, mungkin saja Allah masih belum mengizinkan waktu itu tiba. Tidak usah larut dalam penantian. Karena setiap teka-teki, jika sudah waktunya terjawab, pasti akan terjawab dengan benar. Tidak bisa disatu sisi saja. Ia saling terhubung satu sama lain. Jadi, jika kamu bukan jawaban dari teka-teki perasaannya, atau jika dia bukan jawaban dari teka-teki perasaanmu, itu sesederhana memang bukan begitu jawaban teka-tekinya. Tidak akan bisa. Dan tidak usah disesali. Allah sudah mengaturnya. Ikuti saja cara-Nya”.

Begitulah kalimat panjang yang ditulis Ahimsa Azaleaz dalam bukunya yang berjudul “Teka-Teki Rasa”. Novel kedua setelah “Ayat-Ayat Cinta” yang mampu membuatku  enggan untuk tidak menyelesaikannya dalam waktu sehari. Keren. Tenang aja, ga bikin baper kok! Malah bikin yakin bahwa tidak ada yang tidak mungkin. Meski hanya sebuah fiksi, banyak hikmah didalamnya. Ah, keren deh pokoknya. Buku ini cocok untuk semua kalangan. Buat para single lillah yang mengatasnamakan dirinya “Josh” (Jomblo Sampai Halal). Buat para galauers yang (mungkin) sedang patah hati ditinggal pergi “jodoh yang tertukar”. Atau, buat mereka yang diam-diam menyimpan rasa tapi lebih memilih untuk tidak mengungkapkannya. Semoga kisah kita semua berakhir bahagia seperti kisah tokoh Hasna dan Hafiz dalam “Teka-Teki Rasa”. Teman lama yang memiliki rasa yang sama, tapi lebih memilih diam dalam ketidakpastian daripada mencipta kepastian tapi belum siap mempertanggungjawabkan.